Senin, 26 September 2016

Selamatkan Lingkungan dengan Aksi Reboisasi


Bencana banjir masih kerap terjadi di daerah-daerah yang memiliki resapan air kurang pada tanah. Selain banjir, tanah longsor pun juga banyak terjadi di daerah pegunungan yang rata-rata hutannya gundul. Hal tersebut disebabkan oleh penebangan liar yang tidak diimbangi dengan reboisasi. Hutan sebagai penyedia bahan pangan, kayu, bahan-bahan alami, obat-obatan, bahan bakar, rumah bagi hewan dan lain-lain merupakan bank benih bagi seluruh makhluk hidup yang harus dilindungi dan dikelola dengan hati-hati. Sayangnya, kasus kerusakan hutan saat ini pun semakin marak terjadi. Berdasarkan data dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), hampir 7,3 juta hektar hutan diseluruh dunia hilang setiap tahunnya. Kerusakan hutan atau deforestasi hutan hampir terjadi diseluruh dunia, dimana kerusakan tersebut sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia.

Pemicu terbesar kegiatan deforestasi hutan adalah kegiatan industri, terutama industri kayu. Faktor lainnya adalah karena pengalihan fungsi hutan menjadi lahan perkebunan atau lahan pemukiman warga. Di sisi lain, deforestasi juga dapat disebabkan oleh kebakaran hutan yang disengaja atau terjadi secara alami.
Salah satu metode yang digunakan dalam kegiatan deforestasi adalah menebang pohon secara liar. Praktik tersebut akan mengakibatkan tanah menjadi tandus, sehingga timbul berbagai persoalan lingkungan seperti:

Terganggunya siklus air

Dengan semakin berkurangnya jumlah pohon-pohon yang ada di hutan akibat deforestasi, maka hutan tidak bisa lagi menjalankan fungsinya dalam menjaga siklus air karena pohon berperan dalam menyerap air hujan serta menghasilkan uap air yang akan dilepaskan ke atmosfer.

Bahaya banjir dan erosi tanah.

Dengan sedikitnya pohon, maka air hujan tidak terserap dengan baik sehingga aliran air muncul di permukaan dan mengakibatkan banjir. Air hujan yang muncul di permukaan mengangkut partikel-partikel tanah sehingga dapat menimbulkan erosi tanah atau tanah longsor.

Rusaknya ekosistem darat dan laut

Partikel-partikel tanah akibat dari banjir maupun tanah longsor terbawa  menuju laut dan mengalami proses sedimentasi atau pengendapan. Hal tersebut  tentu saja dapat merusak ekosistem yang ada di laut, seperti ikan dan terumbu karang.

Kekeringan

Dengan sedikitnya pohon maka daya serap tanah pun juga hilang. Hal ini berimbas pada musim kemarau karena tidak ada lagi cadangan air yang bisa digunakan dan berdampak pada kekeringan yang berkepanjangan.

Perubahan Iklim

Deforestasi berdampak pada pertukaran uap air dan karbondioksida yang terjadi antara atmosfer dan permukaan tanah yang berkaitan dengan terjadinya perubahan iklim, dimana ada perubahan konsentrasi yang ada di lapisan atmosfer akan memiliki efek langsung terhadap iklim.

Hilangnya keanekaragaman hayati

Menurut National Geographic, sekitar 70% tanaman dan hewan hidup di hutan. Deforestasi mengakibatkan mereka tidak bisa bertahan hidup. Dengan hilangnya habitat-habitat tersebut, maka akan menyebabkan kepunahan spesies.

Sebabkan Abrasi pantai

Eksploitasi hutan secara liar juga bisa dilakukan terhadap hutan-hutan mangrove yang berfungsi untuk melindungi pantai dari terjangan gelombang dan badai. Jika hal tersebut terus dibiarkan, akan berakibat terjadinya abrasi pantai.

Kerugian ekonomi

Sebagian masyarakat menggantungkan hidup mereka dari hasil hutan. Jika hutan rusak, maka sumber penghasilan mereka juga menghilang. Hal ini diakibatkan karena tanah menjadi tandus sehingga sulit digunakan untuk bercocok tanam.

Terjadinya bencana alam dan penebangan liar pada hutan mengakibatkan banyak kerugian bagi keseimbangan alam dan kehidupan manusia. Reboisasi merupakan langkah tepat untuk mengembalikan sumber daya alam, meningkatkan kualitas hidup manusia, mengurangi polusi udara, menanggulagi global warming dan lain-lain.

Reboisasi juga erat kaitannya dengan penghijauan. Jika pada reboisasi, penanaman kembali dikhususkan pada hutan yang telah gundul atau tandus, sedangkan pada penghijauan, penanaman kembali dilakukan pada lahan kosong di luar kawasan hutan.
Penanaman ini dilakukan pada tanah milik rakyat dengan berbagai tumbuhan seperti: jenis-jenis pohon hutan,pohon buah,tumbuhan perkebunan, tumbuhan pupuk hijau dan rumput pakan ternak. Tujuan penanaman agar lahan tersebut dapat di pulihkan, dipertahankan dan ditingkatkan kembali kesuburannya.

Reboisasi dan penghijauan sangat berguna bagi perbaikan lingkungan. Saat ini pemerintah tengah melakukan kegiatan penyuluhan terhadap masyarakat agar  mendukung kegiatan reboisasi dan penghijauan. Selain itu diperlukan juga observasi tempat - tempat yang memang seharusnya segera di lakukan reboisasi.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam reboisasi dan penghijauan, antara lain:

1. Pemilihan bibit tanaman

Pilihlah bibit generatif karena bibit generatif memiliki akar tunggang dan dapat hidup lebih lama dibanding bibit vegetatif yang berasal dari bagian-bagian vegetatif tanaman, seperti batang, daun dan akar.  Berbeda dengan bibit generatif yang berasal dari biji. Bibit vegetatif umumnya kurang kokoh dan perakarannya dangkal sehingga cepat merusak trotoar, jalan atau saluran drainase.

2. Teknik Penanaman

Lubang tanam perlu dipersiapkan sedikitnya satu minggu sebelum penanaman dilakukan. Ukuran lubang tanam sangat bergantung pada besamya tanaman. Ukuran standar lubang tanam adalah 0.75 m (tinggi) x 0.90 m (lebar) x 0.90 m (panjang).

3. Perawatan pascatanam

Mempertahankan posisi tumbuh agar tetap tegak dan stabil. Yakni dengan menyiram tanaman 2-3 hari sekali terutama di musim kemarau sambil membuang ranting-ranting yang kering. Selain itu lakukan juga pemupukan pada tanaman tiap 3 bulan sekali dengan pupuk NPK 25 gram per lubang.
Selain pemerintah, masyarakat juga harus berperan aktif dalam melakukan pelestarian dan penghijauan hutan kembali (reboisasi). Tanpa peran serta dan dukungan masyarakat maka kelestarian hutan juga tidak dapat dikendalikan. Masyarakat terutama generasi muda diharapkan mempunyai kebiasaan menanam pohon dilingkungan tempat tinggalnya. Baik dipekarangan rumah, sekolah atau dipinggir-pinggir jalan. Kebiasaan ini perlu dipupuk sejak dini. Peran orang tua dan guru juga diperlukan dalam mengkampanyekan pentingnya hutan agar tertanam dalam pikiran meeka bahwa kerusakan hutan juga merusak kelangsungan hidup manusia. Jika kesadaran itu sudah tumbuh maka, masyarakat akan saling bekerja sama menjaga kelestarian hutan dan segera melapor atau mencegah dengan sendirinya jika ada orang-orang yang hendak merusak atau menebang pohon-pohon di hutan di sekitar mereka.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar