Selasa, 06 September 2016

Kenali Tanda-Tanda Bayi Tuli


Ibu hamil harus selalu memprioritaskan kesehatan janin di dalam kandungannya agar kelak ketika lahir, sang bayi tetap sehat dan tidak kekurangan suatu apapun, termasuk tidak mengalami tuli. Kondisi gangguan pendengaran ini tentunya harus diwaspadai oleh setiap orang tua. Bila bayi telah lahir, sebaiknya Anda juga mengetahui tanda-tanda bayi tuli. Apa penyebab dan tanda-tanda bayi tuli? Mari simak penjelasan berikut.

Penyebab bayi mengalami tuli dapat disebabkan karena faktor genetika dan non genetika. Faktor non genetika yang menyebabkan bayi mengalami tuli di antaranya:
  • Adanya upaya menggugurkan bayi
  • Adanya defisiensi zat gizi pada masa kehamilan
  • Ibu mengonsumsi obat lain yang dapat mengganggu fungsi pendengaran bayi seperti kina, streptomisin, garamisin, neomisin, salisilat, dan lain-lain.
  • Adanya virus yang masuk pada saat kehamilan.
Kemudian setelah bayi lahir, kasus tuli pada bayi dapat terjadi karena:
  • Infeksi yang disebabkan bakteri dan virus yang berpotensi menimbulkan infeksi telinga
  • Masuknya benda padat pada telinga bayi, seperti pernak-pernik mainan.
Konsumsi obat yang kurang tepat bagi ibu hamil berisiko mengganggu fungsi pendengaran bayi

Cara mendeteksi bayi tuli atau tidak dapat dilakukan dengan bermacam cara, di antaranya:
Bayi tidak terbangun walaupun ada suara keras di sekitarnya
Umumnya bayi akan terbangun jika ada suara atau bunyi keras di sekitarnya. Bahkan jika ada bunyi petir sekalipun bayi tidak kaget maka gejala ini patut diwaspadai, karena bayi yang baru lahir lazimnya terkejut (mengedipkan mata), menarik kedua tangan dan tungkainya bila ada orang bertepuk tangan pada jarak 30 - 50 cm di samping telinganya.

Bayi tidak mendengar bunyi yang berjarak 2 meter di belakangnya
Pada umur 3 - 5 bulan, orang tua dapat melakukan pemeriksaan sederhana dengan cara sebagai berikut:  saat ibu menggendong bayi , bapak atau anggota keluarga lain membunyikan sendok atau piring pada jarak 2 m dibelakang si bayi lalu membunyikan suara dari sendok atau piring tersebut. Ibu memperhatikan respons bayinya, apakah ia terkejut atau adakah gerakan mata atau upaya menggerakkan kepala mencari sumber bunyi? Bila bayi merespons seperti terkejut dan menggerakkan kepala mencari sumber bunyi, berarti bayi dapat mendengar. Namun, bila tidak ada respon dari bayi, maka segeralah untuk memeriksakannya ke dokter.

Perhatikan perkembangan bicara pada bayi
Pada umumnya, bayi yang berusia 4 - 6 bulan sudah mulai dapat mengoceh bubling, terutama di pagi hari. Ketika memasuki usia 7 - 10 bulan, bayi mulai dapat mengatakan dua suku kata, seperti da-da atau ta-ta. Pada saat bayi berusia 9 -13 bulan, bayi sudah dapat mengucapkan mama atau papa. Nah, jika sampai usia tersebut bayi Anda masih belum menunjukkan kemampuan berbicara yang berarti, maka segera konsultasikan hal ini kepada dokter.

Kepekaan seorang ibu terhadap perkembangan bayi yang tidak biasa dapat membantu pendeteksian secara dini gejala tuli pada bayi

Untuk mencegah bayi terganggu pendengarannya, maka ibu harus lebih peka terhadap perilaku bayinya yang tidak biasa, karena ibulah yang selalu berada di dekat bayi. Jika terdapat tanda-tanda yang mencurigakan maka jangan ragu untuk segera konsultasi pada dokter Anda. Diperlukan kerja sama antara dokter spesialis THT, dokter spesialis anak, psikolog serta ahli terapi wicara untuk menentukan kelainan apa yang sebenarnya diderita serta program rehabilitasi yang tepat untuk sang bayi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar