Seorang pemulung Merawat puluhan Bayi buangan
Peledakan penduduk yang tak terkendali rupanya banyak menyisakan kejadian dan permasalahan bagi masyarakat. Di China sendiri sedikitnya ratusan juta bayi telah diaborsi sejak tahun 1971. Sebagian penduduk memang ada yang memilih melahirkan bayi daripada mengaborsinya, namun pada akhirnya sang bayi dibuang ke tong sampah. Tong sampah, tempat benda yang sudah tak berharga.
Seorang yang mengagumkan seperti Lou Xiaoying (88) merupakan penduduk miskin yang kesehariannya menjadi pemulung di Zhejiang - China. Sosok yang mengagumkan ini merawat bayi yang ia temukan di tong sampah tempat ia mencari barang bekas. Alasannya sungguh sederhana, ia berkata dengan lirih “Kalau kita saja punya kekuatan untuk mengumpulkan sampah, mengapa tidak kita juga mendaur ulang sesuatu yang seberharga nyawa manusia”. Sungguh sikap yang seharusnya orang tua manapun memilikinya.
Pertama kali ia menemukan bayi di tong sampah pada tahun 1971. Saat itu ia menemukan sosok bayi perempuan di tong sampah. Tanpa pikir panjang ia pun membawanya pulang. Akhirnya Lou Xiaoying dan suaminya merawat bayi itu dengan tulus meskipun berada dalam kemiskinan. Penemuan bayi itu terus berlanjut hingga puluhan kali, Lou mengaku sedikitnya 30 bayi buangan yang telah ia temukan.
Kalau kita saja punya kekuatan untuk mengumpulkan sampah, mengapa tidak kita juga mendaur ulang sesuatu yang seberharga nyawa manusia.
2. Ma Yan
Si Kecil yang ingin Bersekolah
Kuterima pena itu dengan gemetar. Jantungku berdebar. Kugenggam pena itu erat-erat. Kuingat nasi tak berasa yang harus kutelan berhari-hari sekian pekan demi pena itu. Kuingat pedih di rongga perut berisi kelaparan yang panjang.
Ma Yan merupakan sosok anak kecil yang ada di novel kisah nyata karya Sanie B. Kuncoro. Kisah ini lagi-lagi terjadi di China. Sebuah kisah yang menceritakan perjuangan seorang anak kecil perempuan yang bernama Ma Yan untuk dapat bersekolah.Dikisahkan Ma Yan adalah seorang anak perempuan kecil yang hidupnya sangat miskin. Keluarga Ma Yan hanya menghasilkan uang sebesar 120 Yuan dalam setahun, setara dengan Rp.160.000. Dengan uang sekecil itu Ma Yan dan keluarganya harus bisa bertahan hidup.
Ma Yan merupakan anak kecil yang sangat ingin sekali bersekolah. Suatu saat ia jatuh hati pada bolpen yang dijual di pasar. Harga bolpen itu hanyalah 2 Yuan, sedangkan 2 Yuan bagi Ma Yan adalah uang yang sangat besar. Untuk membeli bolpen itu Ma Yan harus berpuasa berhari-hari.
Melihat keinginan besar anaknya, orang tua Ma Yan berusaha menyekolahkan anaknya. Usaha luar biasa orang tua Ma Yan sungguh memilukan. Mereka rela menjadi buruh pemanen fa cai (rumput sayuran untuk dibuat sup/salad) di Ning Xia yang berjarak 400km dari kampung mereka. Meski upah tak memadai, namun apa lagi daya yang bisa orang tua Ma Yan lakukan.
Keadaan keluarga Ma Yan seakan lepas dari jurang kemiskinan. Namun mukjizat dan keajaiban rupanya datang dari arah yang tak terduga. Kini buku yang mengisahkan perjalanan pilu hidup mereka telah sukses menggugah para sukarelawan. Kini Ma Yan dan masyarakat miskin lainnya dapat bersekolah. Semoga kisah ini dapat menjadikan kita semua senantiasa bersyukur dan saling membantu terhadap sesama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar