Banteng atau tembadau (julukan banteng di Kalimantan) memiliki nama latin Bos Javanicus tergolong dalam jenis sapi liar. Daerah sebaran banteng yakni di Asia Tenggara meliputi Myanmar, Thailand, Laos, Vietnam, Kamboja dan Indonesia.
Di Indonesia, banteng lebih banyak tersebar di pulau Kalimantan dan pulau Jawa. Sebagian kecil juga ditemukan di Bali. Banteng termasuk dalam golongan herbivora yakni pemakan rumput, bambu, dedaunan, ranting dan buah-buahan.
Tinggi banteng dapat mencapai sekitar 1,6 meter di bagian pundak dan panjang badan hingga 2,3 meter. Ciri umum banteng umumnya memiliki bagian putih pada kaki bagian bawah, pantat, di sekitar mata dan moncongnya.
Banteng termasuk dalam keluarga mamalia yang mudah beradaptasi. Banteng dapat hidup pada tipe habitat yang berbeda, seperti di kawasan curah hujan sedikit maupun tinggi, di hutan dengan musim gugur, serta padang rumput. Umumnya, banteng aktif pada siang maupun malam hari. Mereka cenderung hidup secara berkelompok. Adapun habitat banteng di Indonesia dapat ditemui di Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Meru Betiri, Taman Nasional Alas Purwo dan Taman Nasional Baluran.
Jumlah Populasi Banteng di Suaka Margasatwa
Sumber: Permen Kehutanan RI Nomor: P.58/ Menhut-II/ 2011 |
Ciri-ciri Fisik
Perkembangbiakan
Pada umumnya, masa hidup banteng dapat mencapai usia 20 tahun. Banteng sudah dianggap dewasa ketika berusia sekitar 2 atau 3 tahun. Masa kehamilan banteng betina biasanya lebih dari tahun yakni sekitar 285 hari. Umumnya, 1 ekor banteng betina hanya melahirkan 1 ekor anak banteng saja. Hal ini juga dapat menjadi pemicu minimnya angka populasi banteng.
Populasi Terancam
Populasi banteng di seluruh dunia kini diperkirakan tidak mencapai 8.000 ekor. Jumlah tersebut mengindikasikan bahwa populasi banteng terancam punah. Indonesia sebagai salah satu Negara asal banteng ini pun mencatat bahwa lambat laun jumlah populasi banteng di Indonesia menurun.
Salah satu bentuk konservasi banteng | di Taman Safari Indonesia II Prigen |
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur mencatat bahwa sejak tahun 2001 ada sekitar 15 banteng yang mati akibat konflik di Kabupaten Banyuwangi di luar kawasan Taman Nasional Baluran. Oleh karena itu sebelum hal itu terlambat, sebaiknya masyarat bersama pemerintah turut melestarikan populasi banteng di Indonesia.
Sejauh ini, sudah ada program pemerintah yang dijalankan dalam rangka melestarikan populasi banteng di Indonesia. Selain melakukan upaya konservasi di habitat asal banteng yakni Jawa dan Kalimantan, pemerintah juga menjalankan program konservasi eks-situ. Konservasi eks-situ ialah upaya pelestarian yang dilakukan di luar habitat asal dari hewan tersebut. Konservasi ini bermanfaat untuk mengembalikan populasi yang ada di alam, bila terjadi kepunahan lokal.
Selain itu, dapat menjadi sarana edukasi kepada masyarakat dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pelestarian banteng. Menurut catatan terakhir yang tercantum di Permen Kehutanan di tahun 2010, total banteng yang tersebar di 5 tempat konservasi eks-situ (Taman Safari Indonesia II- Prigen, Kebun Binatang Ragunan, Kebun Binatang Gembira Loka, Taman Satwa Taru Jurug, dan Kebun Binatang Surabaya) sebanyak 63 ekor (28 jantan dan 35 betina).
Program yang dijalankan oleh pemerintah tidak akan dapat berjalan maksimal tanpa adanya dukungan dari masyarakat umum.
Adapun langkah-langkah yang dapat Anda ambil adalah sebagai berikut:
- Ikut serta menjaga lingkungan terutama area taman nasional tempat tinggal banteng dan area konservasi eks-situ banteng untuk menciptakan kenyamanan tempat tinggal bagi banteng
- Ikut melakukan operasi anti perburuan liar banteng
- Ikut serta dalam Forum Konservasi Banteng Indonesia
- Aktif melaporkan jika melihat ada kejadian yang dapat mengancam populasi dan habitat banteng
- Turut aktif untuk memperkenalkan banteng kepada masyarakat luas, dimulai dari keluarga sendiri
- Memantau pemulihan spesiae agar ada peningkatan yang stabil
- Mendonasikan sejumlah dana untuk menyokong program-program pelestarian banteng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar