Rabu, 07 September 2016

Makna Kehidupan Di Balik Secangkir Kopi


Pada suatu hari, ada sekelompok alumni dari sebuah universitas yang sedang mengadakan acara reuni di rumah mantan profesor mereka. Saat reuni berlangsung, suasana di rumah mantan profesor seketika menjadi ramai penuh canda tawa dari mereka yang saat itu sedang mengingat masa-masa lucu saat mereka masih kuliah. Suasana pun berlanjut menjadi semakin cair saat mereka saling bertukar cerita kesuksesan yang sudah mereka capai sejauh ini.  Hingga tanpa mereka sadari alur pembicaraan mereka berubah menjadi sesi curhat yang berisi keluh kesah seputar kepenatan mereka dalam aktivitas sehari-hari sehingga menyebabkan mereka mengalami stres dan masalah kehidupan lainnya.

Untuk menghangatkan suasana, sang profesor pergi ke dapur untuk meracik kopi. Sekembalinya dari dapur, beliau membawa sebuah teko besar dan berbagai macam bentuk cangkir yang terbuat dari keramik, plastik, kaca, kristal dan beberapa cangkir murahan lainnya. Ia mempersilakan tamu-tamu beliau untuk menghidangkannya kopinya sendiri.

Ketika setiap tamunya sedang menikmati sajian kopi, sang profesor berkata, “Coba kalian perhatikan, cangkir-cangkir yang bagus sudah habis karena dipakai semua, yang tersisa hanyalah cangkir yang jelek dan murahan. Hal ini wajar bagi kalian untuk mengambil yang terbaik bagi diri kalian sendiri, tetapi di situlah sumber stres dan masalah di dalam kehidupan kalian.”

Lalu, sang profesor itu menambahkan, “Tahukah kalian bahwa tampilan cangkir itu sendiri tidak mengubah cita rasa kopinya. Terkadang cangkirnya lebih mahal dan menyembunyikan nilai kopi yang kita minum. Sebenarnya yang kalian inginkan hanyalah kopi, bukan cangkirnya, tapi tanpa kalian sadari kalian mengambil cangkir yang paling bagus dan kalian mulai membandingkannya dengan cangkir orang lain.”

Sekarang pertimbangkan hal ini: Jika kehidupan kita andaikan sebagai kopi, lalu karir, uang dan jabatan sebagai cangkirnya. Maka karir, uang dan jabatan yang kita miliki itu hanyalah alat yang berfungsi untuk menampung kehidupan, dan jenis cangkir yang kita miliki tidak dapat menentukan ataupun mengubah kualitas kehidupan yang kita miliki.

Begitu sering Anda terfokus pada bentuk cangkir yang bagus, sehingga Anda gagal menikmati rasa kopi yang dihidangkan oleh Tuhan. Sama seperti hidup, begitu seringnya Anda terfokus mengejar pada karir, uang, dan jabatan, hingga Anda gagal menemui makna hidup yang sebenarnya.

Untuk itu, janganlah lupa untuk bersyukur dalam keadaan apapun  dan nikmatilah kehidupan yang sudah dianugerahkan oleh Tuhan kepada kita dengan sebaik-baiknya. Lebih baik bersyukurlah daripada terus mengeluh karena mengeluh akan membuat beban kita semakin berat untuk dijalani.

Tuhan mendidihkan kopinya, bukan cangkirnya.
Selamat menikmati kopinya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar