Kamis, 14 Agustus 2014

Sejarah Pernak-Pernik Natal


Setiap tahunnya, bulan Desember selalu identik dengan perayaan Natal. Memasuki bulan Desember pernak-pernik Natal sudah menghiasi berbagai pusat perbelanjaan. Pohon cemara, lampu warna-warni, hiasan Natal, sinterklas, kado Natal, hingga hamparan salju buatan.

Mungkin banyak di antara kita yang belum tahu bahwa di balik semua pernak pernik dan tradisi Natal yang ada, ternyata ada sejarah atau legenda yang melatar belakanginya sehingga dapat menjadi ciri khas Natal sampai sekarang.

Pohon Cemara


Ada beberapa legenda yang beredar mengenai sejarah pohon Natal. Tapi yang paling populer adalah kisah dari Santo Bonifasius, seorang penginjil dari Inggris yang menyebarkan agama Kristen di Prancis dan Jerman pada tahun 700-an. Suatu hari, Santo Bonifasius melihat sekelompok orang mengikat seorang anak di pohon oak untuk dipersembahkan kepada Thor, dewa sembahan mereka. Demi menghentikannya dan menyelamatkan anak tersebut, Santo Bonifasius merobohkan batang pohon tersebut dengan tangannya sampai terbelah. Ajaibnya, di belahan pohon oak tersebut tumbuhlah pohon cemara. Sejak kejadian itu, Santo Bonifasius memperlihatkan kepada orang-orang bahwa pohon cemara adalah tanda dari sorga dan pohon yang kudus. Lalu Santo Bonifasius memerintahkan mereka untuk membawa pohon cemara ke dalam rumah dan menghiasinya dengan kado-kado.

Pohon cemara sendiri dianggap sebagai simbol hidup kekal karena daun pohon cemara selalu berwarna hijau di saat hampir semua pohon akan rontok daunnya saat musim salju. Hal ini pun melambangkan agar kehidupan rohani kita selalu bertumbuh dan menjadi berkat bagi orang lain.


Santa Claus (Sinterklas)


Tokoh Santa Claus berasal dari cerita rakyat Eropa yang bernama St. Nicholas, seorang uskup yang berasal dari Myra. Meski masih muda, St. Nicholas dikenal baik dan bijaksana. Kisah paling terkenal dari St. Nicholas adalah tentang orang miskin yang tidak mempunyai uang untuk diberikan pada hari pernikahan tiga putrinya. St. Nicholas memberikan tas berisi emas ke dalam kaus kaki milik tiga gadis itu, yang sedang dikeringkan di samping perapian. Kisah mengenai kaus kaki tiga anak gadis inilah yang membuat anak-anak menggantung kaus kakinya di malam Natal, berharap agar kaus kakinya berisi hadiah pada hari Natal.

 
Rudolf, Si Rusa Berhidung Merah


Cerita tentang Rudolph the Red-Nosed Reindeer dibuat oleh Robert May pada tahun 1939 dalam rangka mempromosikan department store Montgomery Ward tempat ia bekerja. Rudolf adalah rusa kesembilan dan berada paling depan di antara kawanan rusa lainnya karena hidungnya dapat bersinar dan menerangi jalan Santa Claus agar tidak tersesat di tengah cuaca buruk.
Di tahun 1949, Gene Autry menyanyikan lagu Rudolph the Red-Nosed Reindeer dan menjadi best seller. Sejak saat itu, Rudolf dikenal sebagai rusa yang selalu setia menemani Santa Claus.


Lonceng Natal


Pada zaman dahulu, di negara-negara tertentu, masyarakatnya percaya bahwa lonceng bisa digunakan untuk mengusir roh jahat. Mereka berpikir bahwa roh-roh jahat akan datang pada musim dingin sehingga selama hari-hari gelap sesudah hasil panen atau berburu, mereka mengadakan perayaan dengan membuat suara-suara gaduh agar sesuatu yang jahat tidak menimpa mereka, salah satunya adalah dengan membunyikan lonceng. Tradisi ini kemudian terbawa sampai perayaan Natal.  Namun, bukan untuk mengusir hal-hal jahat melainkan untuk merayakan sesuatu yang menggembirakan.

Di beberapa gereja yang memiliki lonceng seringkali membunyikan loncengnya saat sesuatu yang penting terjadi, misalnya perayaan kelahiran Yesus Kristus.

 
Candy Cane (Permen Tongkat)


Belum dapat dinyatakan apakah kisah permen tongkat ini sebatas dongeng atau benar-benar terjadi, tapi beginilah ceritanya. Berawal dari ide pemimpin paduan suara di Cologne Cathedral yang merasa kesulitan untuk mendiamkan anak-anak yang ribut di gereja saat ibadah berlangsung. Si pemimpin paduan suara ini mendapat ide untuk memberikan anak-anak permen berbetuk batang yang mebutuhkan waktu cukup lama untuk menghabiskannya sehingga mereka pun bisa diam untuk sementara waktu. Si pemimpin paduan suara meminta pembuat permen untuk membengkokkan ujungnya supaya terlihat seperti tongkat dengan tujuan untuk mengingatkan anak-anak tentang para gembala yang memegang tongkat saat kelahiran Yesus.


Lilin Natal


Pada zaman dahulu, di negara-negara tertentu, masyarakatnya percaya bahwa lonceng bisa digunakan untuk mengusir roh jahat. Mereka berpikir bahwa roh-roh jahat akan datang pada musim dingin sehingga selama hari-hari gelap sesudah hasil panen atau berburu, mereka mengadakan perayaan dengan membuat suara-suara gaduh agar sesuatu yang jahat tidak menimpa mereka, salah satunya adalah dengan membunyikan lonceng. Tradisi ini kemudian terbawa sampai perayaan Natal. Namun, bukan untuk mengusir hal-hal jahat melainkan untuk merayakan sesuatu yang menggembirakan.

Di beberapa gereja yang memiliki lonceng seringkali membunyikan loncengnya saat sesuatu yang penting terjadi, misalnya perayaan kelahiran Yesus Kristus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar